Reviu Film : Jirisan

Kali ini, saya berpindah minat dari tema hukum ke alam. Ya, ketika saya menonton film bertemakan khusus, maka sederet film bertemakan yang sama akan muncul dalam menu referensi untuk Anda. Jadi, mengubah minat tentu saja memicu rasa penasaran, dan pilihan kali ini jatuh kepada Jirisan. Saya tergoda menekan tombol play saat membaca singkat ringkasan film.

Sedekat apa saya dengan gunung?
Saya tipe wisatawan “koper”. Pernah memang trekking dan berkemah, namun jika boleh memilih saya hanya ingin berlibur di villa di kawasan pegunungan saja. Namun, saya tahu teman-teman yang sangat mencintai mendaki gunung. Salut dengan ketahanan fisik dan bagaimana mereka bisa bersahabat dengan alam.

Penasaran saya kali ini juga dengan profesi jagawana, saya jadi tahu peran mereka dari film Thai Cave Rescue yang saya tonton sebelumnya. Melalui film Jirisan, setidaknya saya semakin tahu jagawana melindungi alam dan manusia lain yang berada di sana.

Film Jirisan lumayan menambah pengetahuan untuk awam seperti saya. Adapun beberapa pengetahuan penting yang saya dapatkan seperti tanda alam yang berakibat bencana seperti hujan lokal dan banjir, juga kebakaran hutan.

Seperti film drama Korea Selatan lainnya, tentu saja film ini menyajikan drama yang menarik untuk layak ditonton. Ya, kalau tidak malah seperti film dokumenter.

Namun, untuk film ini jangan sekali-sekali menonton terpotong melewatkan episode. Saya pun yang hobi menonton menyambi pekerjaan lain harus mengkhususkan waktu untuk per episode tanpa potong tengah. Alur cerita Jirisan maju mundur. Terbagi menjadi cerita di tahun yang berbeda.

Penilaian saya untuk film Jirisan, “menyukai”. Saya tidak klik di “sangat menyukai” meskipun ceritanya memang lumayan menarik dan ada beberapa kutipan skrip yang mendalam. Mungkin saya harus membandingkan dengan tema serupa atau perlu membaca fakta lain di balik film ini untuk menaikkan penilaian.

Tinggalkan komentar