Menghitung Berkat (Jurnal 1)

Setelah 30 hari terapi menulis, kini harus dilanjutkan lagi untuk tetap menulis jurnal. Jurnal ini bertema menghitung berkat, ketika setelah menulis renungan diakhiri dengan berkat apa saja yang sudah saya dapat hari ini atau hari sebelumnya.

Tetapi Tuhan menjawab Musa: “Masakan kuasa Tuhan akan kurang untuk melakukan itu? Sekarang engkau akan melihat apakah firman-Ku terjadi kepadamu atau tidak!” (TB Bil 11:23)

Seringkali merasa tidak selalu cukup. Ayat tersebut menjadi awal untuk saya semakin percaya kuasa Tuhan selalu ada dan mencukupi apa yang menjadi kebutuhan saya dan keluarga.

Seringkali merasa cemas, namun kembali perlu diingat Tuhan ada dengan kuasaNya yang tidak terbatas. Ketika merasa cemas, ingat dan berpeganglah kepada Tuhan.

Menghitung berkat: aku bersyukur keselamatan perjalanan sabtu lalu ke Bandung, kesehatan prima keluarga, internet sudah dibayarkan, belanja setengah bulan, dan sayuran masih ada untuk dimasak, cadangan air minum terisi. Pekerjaan rumah dilancarkan, bayiku sehat, anakku sehat, suami dapat pekerjaan dan sehat. Semua diberi kesehatan yang baik.

Tuhan limpahkan berkat untuk kami sesuai dengan apa yang kami butuhkan

Menikmati Hari Ini (Hari -6) : TEKNIK GROUNDING YANG MENENANGKAN

Hari ini tanpa rencana akhirnya menjadi jadwal cuci baju keluarga. Biasanya hal-hal tidak terduga menjadi trigger untuk saya menjadi gelisah.

Tetapi hari ini saya memulainya dengan mengingat satu hal yaitu teknik grounding atau saya memunculkan kesadaran untuk menikmati segala aktivitas saat ini, tanpa perlu mengkhawatirkan hal nanti.

Hal tersebut membuat saya lebih tenang dan akhirnya bisa menyelesaikan sampai menjemur pakaian yang akhir-akhir ini saya terpaksa meminta bantuan mama karena khawatir dengan kandungan dan pengaruh obat yang seperti obat penenang.

Saya mensyukuri hal tersebut menjadi suatu kemajuan untuk saya bisa beraktivitas lagi. Saya sulit menjelaskan kepada orang lain yang pada dasarnya hal ini wajar untuk dilakukan tapi buat saya ini adalah kemajuan.

Sangat sedih mengingat beberapa bulan ini saya berlaku seperti orang lain yang saya pribadi tidak sukai. Tidak kelihatan, apa yang rasakan tidak kelihatan secara fisik. Saya hanya berkali-kali meminta maaf dalam hati dan kadang menyampaikan kepada mereka bahwa saya merasa sangat merepotkan mereka. Khususnya kepada suami saya dan team leader saya.

Hal sekecil ini menjadi ucapan syukur yang begitu menggembirakan. Saya pun harus mengurai satu per satu dari kegiatan yang ringan sampai dengan tersulit untuk saya. Saya mengandalkan hati untuk hal tersebut dan kadang tidak bisa memaksakan untuk melakukan lebih.

Saya tidak memaksakan mereka untuk mengerti, karena saya pun sampai saat ini belum memahami. Terimakasih untuk mereka yang selalu memberi saya dukungan di saat fase depresi ini yang saya percaya semakin membaik secara perlahan. Saya harus menerimanya supaya ini menjadi suatu kemajuan yang lebih baik.

“….tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” (TB Yoh 16:33)

Menikmati Hari Ini (Hari 5) : TIDAK SENDIRIAN

Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. (TB Yoh 14:18)

Sepulangnya dari bertemu dengan sahabat, saya mengingat ia berbicara kepada saya, “Kita punya pengharapan yang pasti. Hiduplah seperti itu, ada sukacita dan positif.”

Kalimat singkat itu menguatkan saya untuk melakukan sedikit demi sedikit aktivitas dengan kesadaran dan ucapan syukur

Doa: terimakasih, Tuhan. Hari ini indah. Amin